TIS,  Dari Arsitek ke  Politik

Screenshot_20231123_142418_Instagram

Di caption IGnya ia menulis  “Arsitek belajar politik”. Seperti menyiratkan ia tengah serius menjalani sebuah langkah baru.

Pria ini memang bertahun-tahun menekuni dunia gambar, desain, kemudian menjadi pengajar jurusan Arsitek di Kampus. Perjalanan karir sebagai dosen beleh jadi menempanya menjadi lebih matang.Teguh Iswara Suardi, demikian pria yang kini beralih panggung.

Teguh yang lahir tahun 1990 ini, belakangan sangat sibuk naik gunung turun gunung menembus kampung. Ia tengah serius menjalani sebuah haluan baru. Haluan yang mungkin berbeda dengan dunia akademis yang ia geluti selama ini. Kini ia tengah merintis jalan; politik. Jalan yang akan memperjuangkan aspirasi  rakyat. Ia memilih menjadi caleg DPR RI partai Nasdem.

Jalan itu kian melempang. Pria bertubuh tinggi ini terlihat tampil lebih ringan di banyak tempat. Teguh bertemu masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang berbeda. Dia anak ketiga dari seorang ayah dan ibu yang cendekia. Dia dibesarkan dalam lingkungan birokrat murni dan terpelajar.

Ayahnya seorang birokrat, yang juga berlatar belakang  arsitek, Suardi Saleh, kini menjabat Bupati Barru. Ibunya, Hasnah Syam, seorang dokter yang lima tahun lalu juga beralih ke politik dan sukses menembus parlemen pusat di Senayan.

Teguh Iswara Suardi, demikian nama pria itu yang kemudian saat ini lebih dikenal dengan TIS, dan semua bisa menduga TIS adalah Teguh Iswara Suardi. Saat tampil di depan masyarakat, pria berkaca mata ini sangat terukur dan detil. Bicaranya  sisitimatis dan bernas.

Pada sebuah pertemuan, Teguh dengan suara agak pelan angkat bicara. Nada bicaranya datar saja, kalimat-kalimatnya pas tidak lebih tidak kurang. Ia pun lebih banyak senyum di depan publik.

Tetapi apapun itu isi dari apa yang ia utarakan di setiap kesempatan, terasa padat. Boleh jadi karena pria berkumis tipis ini mengeyam pendidikan dari perguruan tinggi ternama. Putra Bupati Barru ini  pernah mengenyam pendidikan di Eropa Barat,  Belgia.

Kuliah di Belgia, katanya, bukan perkara mudah, ia mengikuti serangkaian tes, kemudian akhirnya dinyatakan lolos dan diterima sebagai mahasiswa di KU Leaven, sebuah universitas yang disebut-sebut universitas paling inovatif di Eropa. Ia pun kuliah menggunakan beasiswa LPDP,  beasiswa yang dikelola Kementerian Keuangan RI.

Prestasinya membanggakan di dunia arsitek. Beberapa kali rancangan desainnya juara. Teguh menjadi pemenang pertama dalam ajang Lomba desain arsitektur nusantara. Idenya sederhana tentang sarung Ulo yang kemudian menginspirasi karyanya hingga juara.

Latar belakang pendidikan yang baik membuatnya tak canggung tampil di  banyak tempat. Tidak susah untuk menyeberang lintas disiplin. Beberapa kali pula tampil pembicara di beberapa forum internasional.

Teguh tampak antusias menjawab pertanyaan media soal rancang bangun. Salah satu karyanya untuk Barru, adalah bangunan perpustakaan daerah yang kini tengah proses pembangunan. Bangunan perpustakaan ini dirancang dengan filosofi lontara. “Kami rancang  perpustakaan ini berdasarkan kekayaan literasi bugis makassar, yakni aksara lontara,” ungkapnya.(rusman nasar)

<span;>